“Mewujudkan Gaya Hidup Islami dengan Produk Halal” Oleh Ustadz Nanung Danar Dono S. Pt., MP., Ph.D. (Dosen Fakultas Peternakan UGM, Auditor Halal LPPOM-MUI, Halal Expert)
(TP) Program Studi Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan (PSTP FTI UAD) menghadirkan Ustadz Nanung Danar Dono S. Pt., MP., Ph.D. (Dosen Fakultas Peternakan UGM, Auditor Halal LPPOM-MUI, Halal Expert). Beliau menjadi salah satu narasumber pada acara Seminar Kehalalan Produk dengan Tema “Mewujudkan Gaya Hidup Islami dengan Produk Halal”, beliau menyampaikan tentang begitu pentingnya kehalalan akan sesuatu terkhusus di bidang pangan. Selain mendapatkan dosa dari Alloh SWT. mengkonsumsi makanan yang hukumnya haram pun dapat merusak moral juga mengganggu kesehatan tubuh. Itulah sebabnya mengapa beliau memiliki prinsip bahwa makanan haram tempatnya bukan berada di dalam perut manusia khususnya bagi seorang muslim. Seminar ini dilaksanakan pada tanggal 20 November 2018 bertempat di Aula gedung Islamic Center Kampus IV UAD.
Lebih lanjut Ustadz Nanung menyampaikan beberapa point penting pada seminar kehalalan pangan ini yang erat kaitannya dengan makanan yang kita konsumsi juga alat yang kita gunakan di kehidupan sehari hari. Diantaranya beliau menjelaskan tentang bagaimana cara membedakan daging sapi dan daging babi dari segi warna, lemak, tekstur dan aromanya sehingga kita dapat terlebih dahulu mengetahuinya sebelum membeli daging tersebut. Beralih dari daging babi, ternyata daging yang hukumnya haram seperti anjing dan tikus juga cukup marak beredar di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Yogyakarta. Biasanya daging anjing dan tikus ini dicampurkan dengan daging ayam, kambing atau sapi untuk dijadikan sate dan bakso oleh orang-orang yang sama sekali tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Selain dari daging yang hukumnya haram seperti babi, anjing dan tikus, Ustadz Nanung menjelaskan terkait daging yang halal untuk dimakan tetapi menjadikan daging tersebut haram untuk dikonsumsi karena sesuatu contohnya seperti ayam tiren (baca: mati kemaren) yang diperjual belikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, beliau menjelaskan perbedaan antara ayam yang masih segar dan ayam tiren dari segi warna, aroma, tekstur dan sayatan pada daging ayam tersebut. Beliau juga menjelaskan dibalik pembuatan sapi gelonggongan yang selama proses tersebut sapi diberi perlakuan yang sangat sadis dan tidak manusiawi agar daging terlihat besar dan sehat sehingga laku di pasaran. Terlepas dari masalah kehalalan pada produk pangan, Ustadz yang juga merupakan salah satu dosen di UGM ini juga menjelaskan akan pentingnya alat yang digunakan ketika mengolah makanan seperti alat penggilingan, wajan dan kuas harus terhindar dari sesuatu yang haram seperti kuas tidak boleh terbuat dari bulu babi. Beliau menyarankan agar sebelum alat tersebut dipakai dan dicurigai terkena sesuatu yang najis, maka alangkah baiknya alat tersebut dicuci oleh tanah sebanyak 7 kali, kemudian alat baru boleh dipergunakan.
Doc T-Days#8/ (ns)